Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Dzat Yang Maha Menguasai langit dan bumi beserta segala apa yang ada di dalamnya. Tiada yang patut disembah selain Alloh, tiada yang bisa dimintai pertolongan kecuali Alloh. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Saudaraku, mudah-mudahan Alloh Swt. memberikan kita petunjuk dan kekuatan supaya kita bisa melalui setiap ujian dengan baik, karena hidup di dunia ini adalah rangkaian ujian demi ujian. Seperti anak yang akan naik kelas di sekolahnya, senantiasa akan dihadapkan dengan soal-soal ujian. Demikian pula kita dalam hidup ini. Setiap ujian yang kita hadapi hakikatnya adalah agar derajat kita naik di hadapan Alloh Swt.
Salah satu bentuk ujian dari Alloh itu adalah berupa anak atau keturunan. Jika dilihat dari satu dimensi, maka anak adalah karunia. Dilihat dari dimensi lain, anak merupakan amanah. Dan dilihat dari dimensi yang lain, anak merupakan ujian. Alloh Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Alloh dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Alloh-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfaal [8] : 27-28)
Oleh karena itu, melihat anak seperti melihat soal ujian. Orang akan stress menghadapi soal ujian kalau dia tidak belajar, meski jawaban dari soal itu sebenarnya sangat mudah. Dan, yang namanya ujian tidak selalu berupa kesusahan. Punya anak yang sukses itu juga bentuk ujian. Tidak jarang ada orangtua yang ujub, takabur, sombong, gara-gara kesuksesan anaknya. Kemana-mana memamerkan prestasi anaknya. Pada banyak kesempatan memamerkan anaknya sembari merendahkan anak orang lain yang tidak sukses sebagaimana anaknya.
Anak sukses itu adalah ujian. Jangan sampai kita yang sudah diamanahi oleh Alloh menjadi orangtua, merasa ujub, takabur, sombong karena kesuksesan anak kita. Karena sesungguhnya anak sukses adalah karunia dari Alloh Swt. Bersikap tawadhu dan berserahdiri kepada Alloh ketika melihat kesuksesan anak, maka itulah orangtua yang sukses. Sedangkan jika kita ujub, takabur, sombong, maka sesungguhnya kita sedang gagal menyikapi ujian berupa anak.
Anak-anak bisa berprestasi di sekolahnya, tinggi nilai ujiannya, lulus dengan nilai yang mengagumkan, tiada lain adalah karena Alloh mengkaruniakan kepadanya otak dan akal pikiran, kesehatan, dan perlindungan.
Demikian halnya ketika anak tidak sesuai harapan. Mungkin prestasi di sekolahnya yang biasa saja, atau bahkan mungkin sempat tidak naik kelas. Kuliahnya berlarut-larut. Atau secara duniawi pekerjaannya biasa saja dibandingkan teman-temannya yang lain. Ini juga ujian bagi orangtua. Ada orangtua yang malu, minder dan berkeluh kesah melihat anaknya yang demikian. Sampai orangtua lupa bahwa surga tidak identik dengan gelar sarjana, dengan rangking pertama atau dengan jabatan mentereng di kantornya.
Bukankah banyak anak-anak yang hanya lulus SMA, atau kuliah tapi tidak sampai jadi sarjana, namun mereka justru akhirnya mampu menggaji para sarjana. Anak-anak seperti ini banyak jumlahnya.
Maka dari itu, bagi para orangtua hendaknya senantiasa rendah hati, penuh syukur dan tawakal kepada Alloh Swt. menghadapi bagaimanapun kondisi anak-anak kita. Tugas para orangtua adalah merawatnya, membimbingnya, dan mendidiknya sesuai dengan apa yang Rosululloh Saw. ajarkan. Yang terpenting dari anak kita adalah mereka menjadi orang-orang yang beriman kepada Alloh dan cinta kepada rosul-Nya. Inilah prestasi tertinggi bagi sang anak dan orangtuanya. Wallohua’lam bishowab.[]
Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Editor : Rashid Satari
Saudaraku, mudah-mudahan Alloh Swt. memberikan kita petunjuk dan kekuatan supaya kita bisa melalui setiap ujian dengan baik, karena hidup di dunia ini adalah rangkaian ujian demi ujian. Seperti anak yang akan naik kelas di sekolahnya, senantiasa akan dihadapkan dengan soal-soal ujian. Demikian pula kita dalam hidup ini. Setiap ujian yang kita hadapi hakikatnya adalah agar derajat kita naik di hadapan Alloh Swt.
Salah satu bentuk ujian dari Alloh itu adalah berupa anak atau keturunan. Jika dilihat dari satu dimensi, maka anak adalah karunia. Dilihat dari dimensi lain, anak merupakan amanah. Dan dilihat dari dimensi yang lain, anak merupakan ujian. Alloh Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Alloh dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Alloh-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfaal [8] : 27-28)
Oleh karena itu, melihat anak seperti melihat soal ujian. Orang akan stress menghadapi soal ujian kalau dia tidak belajar, meski jawaban dari soal itu sebenarnya sangat mudah. Dan, yang namanya ujian tidak selalu berupa kesusahan. Punya anak yang sukses itu juga bentuk ujian. Tidak jarang ada orangtua yang ujub, takabur, sombong, gara-gara kesuksesan anaknya. Kemana-mana memamerkan prestasi anaknya. Pada banyak kesempatan memamerkan anaknya sembari merendahkan anak orang lain yang tidak sukses sebagaimana anaknya.
Anak sukses itu adalah ujian. Jangan sampai kita yang sudah diamanahi oleh Alloh menjadi orangtua, merasa ujub, takabur, sombong karena kesuksesan anak kita. Karena sesungguhnya anak sukses adalah karunia dari Alloh Swt. Bersikap tawadhu dan berserahdiri kepada Alloh ketika melihat kesuksesan anak, maka itulah orangtua yang sukses. Sedangkan jika kita ujub, takabur, sombong, maka sesungguhnya kita sedang gagal menyikapi ujian berupa anak.
Anak-anak bisa berprestasi di sekolahnya, tinggi nilai ujiannya, lulus dengan nilai yang mengagumkan, tiada lain adalah karena Alloh mengkaruniakan kepadanya otak dan akal pikiran, kesehatan, dan perlindungan.
Demikian halnya ketika anak tidak sesuai harapan. Mungkin prestasi di sekolahnya yang biasa saja, atau bahkan mungkin sempat tidak naik kelas. Kuliahnya berlarut-larut. Atau secara duniawi pekerjaannya biasa saja dibandingkan teman-temannya yang lain. Ini juga ujian bagi orangtua. Ada orangtua yang malu, minder dan berkeluh kesah melihat anaknya yang demikian. Sampai orangtua lupa bahwa surga tidak identik dengan gelar sarjana, dengan rangking pertama atau dengan jabatan mentereng di kantornya.
Bukankah banyak anak-anak yang hanya lulus SMA, atau kuliah tapi tidak sampai jadi sarjana, namun mereka justru akhirnya mampu menggaji para sarjana. Anak-anak seperti ini banyak jumlahnya.
Maka dari itu, bagi para orangtua hendaknya senantiasa rendah hati, penuh syukur dan tawakal kepada Alloh Swt. menghadapi bagaimanapun kondisi anak-anak kita. Tugas para orangtua adalah merawatnya, membimbingnya, dan mendidiknya sesuai dengan apa yang Rosululloh Saw. ajarkan. Yang terpenting dari anak kita adalah mereka menjadi orang-orang yang beriman kepada Alloh dan cinta kepada rosul-Nya. Inilah prestasi tertinggi bagi sang anak dan orangtuanya. Wallohua’lam bishowab.[]
Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Editor : Rashid Satari
0 Response to "Anak Sebagai Ujian"
Post a Comment